biografi
KH. Hasyim Ashari
Di pesantren Siwalan ia belajar pada
Kyai Jakub yang kemudian mengambilnya sebagai menantu.Pada tahun 1892, Kiai
Hasyim Asy'ari menunaikan ibadah haji dan menimba ilmu di Mekah. Di sana ia
berguru pada Syeh Ahmad Khatib dan Syekh Mahfudh at-Tarmisi, gurunya di bidang
hadis.Dalam perjalanan pulang ke tanah air, ia singgah di Johor, Malaysia dan
mengajar di sana. Pulang ke Indonesia tahun 1899,
Kiai Hasyim Asy'ari mendirikan
pesantren di Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di
Jawa pada abad 20. Sejak tahun 1900, Kiai Hasyim Asy'ari memosisikan Pesantren
Tebuireng, menjadi pusat pembaruan bagi pengajaran Islam tradisional.
Dalam pesantren itu bukan hanya ilmu
agama yang diajarkan, tetapi juga pengetahuan umum. Para santri belajar membaca
huruf latin, menulis dan membaca buku-buku yang berisi pengetahuan umum,
berorganisasi, dan berpidato. Cara yang dilakukannya itu mendapat reaksi
masyarakat sebab dianggap bidat. Ia dikecam, tetapi tidak mundur dari
pendiriannya.
Baginya, mengajarkan agama berarti
memperbaiki manusia. Mendidik para santri dan menyiapkan mereka untuk terjun ke
masyarakat, adalah salah satu tujuan utama perjuangan Kiai Hasyim Asy'ari.Meski
mendapat kecaman, pesantren Tebuireng menjadi masyur ketika para santri
angkatan pertamanya berhasil mengembangkan pesantren di berbagai daerah dan
juga menjadi besar.
Tanggal 31 Januari 1926, bersama dengan tokoh-tokoh Islam tradisional, Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan Nahdlatul Ulama, yang berarti kebangkitan ulama. Organisasi ini pun berkembang dan banyak anggotanya. Pengaruh Kiai Hasyim Asy'ari pun semakin besar dengan mendirikan organisasi NU, bersama teman-temannya. Itu dibuktikan dengan dukungan dari ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan, para ulama di berbagai daerah sangat menyegani kewibawaan Kiai Hasyim. Kini, NU pun berkembang makin pesat.
Organisasi ini telah menjadi
penyalur bagi pengembangan Islam ke desa-desa maupun perkotaan di Jawa.Meski
sudah menjadi tokoh penting dalam NU, ia tetap bersikap toleran terhadap aliran
lain. Yang paling dibencinya ialah perpecahan di kalangan umat Islam.
Pemerintah Belanda bersedia mengangkatnya menjadi pegawai negeri dengan gaji
yang cukup besar asalkan mau bekerja sama, tetapi ditolaknya. Dengan alasan
yang tidak diketahui, pada masa awal pendudukan Jepang, Hasyim Asy'ari
ditangkap. Berkat bantuan anaknya, K.H. Wahid Hasyim, beberapa bulan kemudian
ia dibebaskan dan sesudah itu diangkat menjadi Kepala Urusan Agama. Jabatan itu
diterimanya karena terpaksa, tetapi ia tetap mengasuh pesantrennya di
Tebuireng. Sesudah Indonesia merdeka, melalui pidato-pidatonya Kiai Hasyim
Asy’ari membakar semangat para pemuda supaya mereka berani berkorban untuk
mempertahankan kemerdekaan. Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Juli 1947 karena
pendarahan otak dan dimakamkan di Tebuireng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar