Kebutuhan paling dasar manusia adalah keamanan dan kesejahteraan.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, manusia menciptakan dan mengembangkan
berbagai cara dan sarana. Diantara ciptaan manusia yang menyangkut
kebutuhan keamanan, adalah cara dan sarana fisik untuk menghadapi dan
mengatasi berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan fisik, di
antaranya adalah apa yang disebut “jurus” dan senjata.
“Jurus” adalah teknik gerak fisikal berpola yang efektif untuk
membela diri maupun menyerang tanpa maupun dengan menggunakan senjata.
Bentuk awalnya sangat sederhana dan merupakan tiruan dari gerak-gerik
binatang yang disesuaikan dengan anatomi manusia. Kemudian terus
dikembangkan, sejalan dengan perkembangan budaya manusia. Demikian pula
senjata yang digunakan.
Masyarakat pribumi Asteng pada umumnya merupakan masyarakat agraris
yang hubungan sosialnya dilaksanakan dengan sistem peguyuban. Warga
masyarakat yang demikian mempunyai dasar pandangan dan kebijaksanaan
hidup yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai serta kaidah-kaidah
agama dan moral masyarakat. Dengan dasar itulah sistem paguyuban yang
diperlukan bagi kehidupan agrarisnya dapat dilaksanakan dan ditegakkan.
Dalam kaitan dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah itu, “jurus” harus
digunakan secara bertanggungjawab. Hal ini dapat terlaksana apabila si
pengguna mampu mengendalikandiri. “Jurus” hanya boleh digunakan untuk
pembelaan diri.
Di dalam memenuhi kebutuhan kesejahteraannya, manusia juga telah menciptakan berbagai cara dan sarana di antaranya
dengan pengembangan “jurus” ke dalam bentuk seni dan olahraga yang dapat memberikan kesejahteraan batin dan lahir.
Dalam perkembangan sosial dan budayanya, masyarakat pribumi Asteng
telah menyerap pengaruh luar yang selaras dengan nilai-nilai dan
kaidah-kaidah agama maupun moral yang dijunjung tinggi. Berkaitan dengan
itu,falsafah dari luar yang selaras dengan nilai-nilai dan
kaidah-kaidah tersebut,telah diserap dan digunakan untuk mengemas
pandangan dan kebijaksanaan hidup masyarakat pribumi Asteng.
Dengan demikian jatidiri Pencak Silat ditentukan oleh tiga hal pokok sebagai satu kesatuan yakni :
- Budaya masyaraka-t pribumi Asteng sebagai sumber dan coraknya.
- Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya.
- Substansi Pencak Silat itu sendiri yang mempunyai aspek mental spiritual (pengendalian diri), beladiri, seni dan olahraga sebagai satu kesatuan.
Pencak Silat dengan jatidiri yang demikian baru ada sekitar abad
ke-4 Masehi, yakni setelah adanya kerajaan-kerajaan yang merupakan
pusat pengembangan budaya di kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng.
Pada jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu,kemudian Budha dan terakhir
Islam, Pencak Silat dikembangkan dan menyebar luas.
Pada waktu sebagian besar kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng
berada di bawah kekuasaan penjajah asing dari Eropa Barat, pendidikan
Pencak Silat yang dipandang menanamkan jiwa nasionalis, telah dibatasi
dan kemudian dilarang.
Tetapi kegiatan pendidikain Pencak Silat berjalan terus secara
tertutup. Pada jaman pendudukan Jepang, Pemerintah yang berkuasa
memberikan keleluasaan kepada rakyat untuk mengembangkan budayanya agar
mendapat dukungan dalam perangnya melawan sekutu. Pada jaman ini,
pendidikan Pencak Silat dilaksanakan seperti semula dan lebih meluas.
Setelah kawasan hidup masyarakat pribumi Asteng bebas dari kekuasaan
asing dan lahir negara-negara yang merdeka dikawasan tersebut,
perkembangan dan penyebaran Pencak Silat semakin pesat. Lebih-lebih
setelah dibentuknya organisasi nasional Pencak Silat di sebagian dari
negara-negara tersebut, yakni : Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI),
Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA), Persekutuan Silat
Singapura (PERSISI), Persekutuan Silat Kebangsaan Brunei Darussalam
(PERSIB), Pencak Silat Association of Thailand (PSAT) dan Philippine
Pencak Silat Association (PHILSILAT).
Di luar negara sumbernya, Pencak Silat juga berkembang dan nenyebar,
lebih-lebih etelah dibentuknya Persekutuan Pencak Antarabangsa (
PERSILAT )
I. Falsafah Pencak Silat
Falsafah Pencak Silat dinamakan falsafah budi pekerti luhur. Hal ini
disebabkan karena falsafah ini mengandung ajaran budi pekerti luhur.
Falsafah budi pekerti luhur berpandangan bahwa masyarakat “tata-tentrem
karta-raharja” (masyarakat yang aman-menentramkan dan
sejahtera-membahagiakan) dapat terwujud secara maksimal apabila semua
warganya berbudi pekerti luhur. Karena itu, kebijaksanaan hidup yang
harus menjadi pegangan manusia adalah membentuk budi pekerti luhur dalam
dirinya.
Budi adalah dimensi kejiwaan dinamis manusia yang berunsur cipta,
rasa dan karsa. Ketiganya merupakan bentuk dinamis dari akal, rasa dan
kehendak. Pekerti adalah budi yang terlihat dalam bentuk watak. Semuanya
itu harus bersifat luhur, yakni ideal atau terpuji. Yang ingin dicapai
dalam pembentukan budi pekerti luhur ini adalah kemampuan
mengendalikan diri, terutama di dalam menggunakan “jurus”.
“Jurus” hanya dapat digunakan untuk menegakkan kebenaran, kejujuran
dan keadilan dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai dan
kaidah-kaidah agama dan moral masyarakat maupun dalam rangka mewujudkan
masyarakat “tata-tentrem karta-raharja.” Dalam kaitan itu falsafah budi
pekerti luhur dapat disebut juga sebagai Falsafah pengendalian diri.
Dengan budi pekertinya yang luhur atau kemampuan pengendalian dirinya
yang tinggi, manusia akan dapat nemenuhi kewajiban luhurnya sebagai
mahluk Tuhan, mahluk pribadi, mahluk sosial dan mahluk alam semesta,
yakni taqwa kepada Tuhannya, meningkatkan kualitas dirinya, menempatkan
kepentingan masyarakat di atas kepentingan sendiri dan mencintai alam
lingkungan hidupnya. Manusia yang demikian dapat disebut sebagai manusia
yang taqwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas. Manusia yang
dapat memenuhi kewajiban luhurnya adalah manusia yang bermartabat
tinggi.
2. Jenis dan aliran Pencak Silat
Berdasarkan pada 4 aspek yang terdapat pada substansinya, wujud
fisikal dan visual atau praktek pelaksanaan Pencak Silat dapat
dikategorikan dalam 4 jenis. Praktek pelaksanaan dari masing-masing
jenis Pencak Silat itu mempunyai tujuan tersendiri dan berdasarkan pada
tujuan tersebut akan lebih menekankan pada salah satu aspek tertentu
dengan tidak meniadakan aspek-aspek yang lain.
Keempat jenis Pencak Silat tersebut adalah :
- Pencak Silat Mental-Spiritual atau Pencak Silat Pengendalian Diri (karena wujud fisikal dan visual mental-spiritual adalah pengendalian diri), yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk memperkuat kemampuan mengendalikan diri dan karena itu lebih menekankan pada aspek mental-spiritual.
- Pencak Silat Beladiri, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk pembelaan diri secara efektif dan karena itu lebih nenekankan pada aspek beladiri
- Pencak Silat Seni, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk mempertunjukkan keindahan gerak dan karena itu lebih menekankan pada aspek seni.
- Pencak Silat Olahraqa, yang praktek pelaksanaannya bertujuan untuk memperoleh kesegaran jasmani dan prestasi keolahragaan dan karena itu lebih menekankan pada aspek olahraga.
Aspek-aspek yang tidak menjadi fokus masih tetap terlihat dengan
kadar yang berbeda, ada yang jelas dan ada yang samar-samar. Karena
itu, masing-masing jenis Pencak Silat itu tetap mempunyai 4 aspek
sebagai satu kesatuan dan kebulatan. Masing-masing memiliki nilai-nilai
etis (mental-spiritual), teknis (beladiri), estetis (seni) dan sportif
(olahraga) sebagai satu kesatuan.
Praktek pelaksanaan “jurus” dari masing-masing jenis Pencak Silat
dilakukan dengan gaya yang bermacam-macam. Gaya unik dengan ciri-cirinya
yang menonjol dan mudah dibedakan dari gaya lainnya, disebut “aliran”
Pencak Silat. Bagaimana pun wujud keunikan suatu gaya (aliran),
nilai-nilai keempat aspek Pencak Silat, yakni etis, teknis, estetis dan
sportif sebagai satu kesatuan tetap ada dan terlihat • Jika tidak, ia
tidak mempunyai nilai sebagai aliran Pencak Silat. Membedakan
aliran-aliran Pencak Silat tidak mudah dan hanya dapat dilakukan oleh
mereka yang ahli dan betul-betul memahami berbagai “jurus” Pencak Silat.
Perbedaan aliran hanya menyangkut segi praktek fisikal dan tidak
menyangkut segi mental-spiritual dan falsafah.
Dalam dunia Pencak Silat, aliran bukanlah faham atau mazhab. Karena
itu jenis dan aliran Pencak Silat apapun tetap dijiwai falsafah budi
pekerti luhur dan mempunyai aspek mental-spiritual sebagai aspek
pengendalian diri.
Pada jenis Pencak Silat Beladiri, terdapat aliran yang menggunakan
“tenaga supernatural” dalam gaya pelaksanaan “jurus”nya. Tenaga
supranatural yang disebut “tenaga dalam”, “tenaga dasar” atau “tenaga
tambahan” ini merupakan penguat “jurus” atau kekebalan badan. Adanya
aliran yang menggunakan “tenaga supernatural” telah memperkaya Pencak
Silat.
3. Perguruan dan pendekar Pencak Silat
Pengertian perguruan Pencak Silat sering dikacaukan dengan aliran
Pencak Silat. Perguruan Pencak Silat adalah lembaga pendidikan tempat
berguru Pencak Silat. Berguru mempunyai konotasi belajar secara intensif
yang prosesnya diikuti, dibimbing dan diawasi secara langsung dan
tuntas oleh sang guru, sehingga orang yang berguru diketahui dengan
jelas perkembangan kemampuannya, terutama kemampuan pengendalian dirinya
atau budi pekertinya. Sang guru tidak akan mendidik, meningkatkan atau
memperluas pendidikannya kepada seseorang yang mentalitasnya
(kemampuan pengendalian diri atau budi pekertinya) dinilai tidak atau
kurang memadai. Dalam kaitan itu, di waktu yang lalu tidak mudah bagi
seseorang untuk menjadi murid atau anggota perguruan Pencak Silat.
Ujian- ujian berat yang menyangkut sikap mental harus ditempuh lebih
dulu dan lulus. Ditinjau dari segi jenis Pencak Silat yang diajarkan,
maka terdapat 4 kategori perguruan Pencak Silat, yakni :
- Perguruan Pencak Silat Mental-Spiritual, yang menekankan pendidikannya secara intensif pada aspek mental-spiritual Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemampuan pengendalian diri yang tinggi kepada murid atau anggotanya.
- Perguruan Pencak Silat Beladiri, yang menekankan pendidikannya pada aspek beladiri Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemahiran teknik beladiri yang tinggi tanpa atau dengan menggunakan berbagai macam senjata kepada murid atau anggotanya.
- Perguruan Pencak Silat Seni, yang menekankan pendidikannya pada aspek. seni Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk keterampilan mempertunjukkan keindahan gerak Pencak Silat kepada murid atau anggotanya, tanpa atau dengan iringan musik tradisional serta tanpa atau dengan menggunakan senjata, sesuai dengan ketentuan “wiraga” (teknik gerak), “wirama” (irama gerak yang selaras, serasi dan seimbang) dan “wirasa” (pelembutan dan penghalusan teknik dan irama gerak melalui kreativitas dan improvisasi yang dilandasi rasa penghayatan).
- Perguruan Pencak Silat Olahraga, yang menekankan pendidikannya pada aspek olahraga Pencak Silat dengan tujuan untuk membentuk kemampuan mempraktekkan teknik- teknik Pencak Silat yang bernilai olahraga bagi kepentingan memelihara kesegaran jasmani atau pertandingan. Bagi kepentingan pertandingan, pendidikan disesuaikan dengan peraturan pertandingan yang berlaku.
Perguruan Pencak Silat Beladiri merupakan perguruan yang
terbanyak, diantaranya ada yang mengajarkan “tenaga supernatural”.
Sejak tahun 1970-an, banyak perguruan Pencak Silat Beladiri yang
mengajarkan Pencak Silat Olahraga untuk kepentingan pertandingan dengan
tujuan agar murid atau anggotanya dapat mengikuti kejuaraan Pencak
Silat Olahraga, karena hanya jenis Pencak Silat ini yang
dipertandingkan. Pencak Silat Beladiri dan Pencak Silat Seni tidak
dipertandingkan tetapi dilombakan dalam bentuk pertunjukan dan
peragaan. Ditinjau dari segi tuntutan perkembangan jaman, perguruan
Pencak Silat dapat dikategorikan dalam 3 kelompok, yakni:
- Perguruan Pencak Silat tradisional, dengan ciri-cirinya yang menonjol antara lain:
- Pucuk pimpinan perguruan bersifat turun-temurun.
- Penerimaan calon murid melalui ujian seleksi dan masa percobaan yang ketat.
- Metoda pendidikan bersifat monologis.
- Pelanggaran terhadap disiplin perguruan dikenai sanksi pemecatan sebagai anggota.
- Tidak mengenal atribut-atribut maupun bentuk-bentuk tertulis yang menyangkut perguruan dan pendidikannya.
- Tidak memungut iuran atau sumbangan dari anggotanya.
- Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan.
- 2. Perguruan Pencak Silat. modern, dengan ciri-ciri utamanya antara lain :
- Pimpinan dan pengurus perguruan dipilih dari antara kader-kader perguruan yang dipandang handal sebagai calon.
- Bersifat terbuka dan bebas dalam penerimaan calon murid.
- Tidak mengadakan masa percobaan tetapi masa pendidikan sebagai pemula.
- Metoda pendidikan bersifat dialogis dan analitis.
- Disiplin perguruan ditegakkan melalui penyadaran dengan argumen rasional.
- Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tertulis yang menyangkut perguruan dan pendidikannya.
- Memungut iuran dan sumbangan dari anggotanya sebagai sumber dana untuk membiayai kegiatan perguruan.
- Perguruan Pencak Silat: peralihan (transisional), dengan ciri-ciri pokoknya antara lain:
- Pucuk pimpinan turun-temurun tetapi anggota pengurus perguruan dipilih dari antara kader-kader perguruan yang handal sebagai calon.
- Penerimaan calon murid melalui seleksi dan yang diterima diberi Status sebagai anggota sementara.
- Metoda pendidikan bersifat dialogis terbatas dalam arti tidak menyangkut hal-hal yang prinsipiil.
- Disiplin perguruan ditegakkan melalui wejangan-wejangan.
- Mempunyai atribut-atribut dan bentuk-bentuk tulisan yang menyangkut perguruan dan pendidikannya secara terbatas.
- Tidak memungut iuran tetapi tidak menolak sumbangan dari anggotanya.
- Kegiatan perguruan dibiayai oleh pimpinan dan dari dana sumbangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar